MAKALAH
UL-DAUL MUSIK TRADISIONAL MADURA
Disusun oleh : Ririn Afriyani
Class : X (IPS)
No : 31
SMPN 4 PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN 2015-2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang dilewati oleh garis katulistiwa, sehingga Indonesia berada pada iklim
tropis yang memiliki dua musim yaitu: musim panas dan musim hujan. Tidak hanya
itu Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil bumi dengan sangat
melimpah, selain itu Indonesia juga memiliki beragam keanekaragaman budaya yang
sangat banyak pula, dan terdiri atas dengan banyak suku yang berbeda-beda.
Budaya merupakan suatu identitas
bagi kelompok masyarakat. Dan budaya pula yang paling banyak mempengaruhi
penciptaan watak terhadap masyrarakat tertentu. Dan kebudayaan terdiri dari
nilai-nilai, dan kepercayaan tentang perilaku manusia yang tercermin di
dalamnya. Sehingga semua itu adalah milik bersama dan apabila perilaku itu
sesuai, maka perilaku tersebut dianggap diterima dalam masyarakat. Oleh karena
itu kita harus menjaga dan terus melestarikan semua budaya yang ada dan
dimiliki oleh Indonesia untuk generasi selanjutnya, dan juga agar tidak di
klain oleh negara-negara lain. Seperti suatu kebudayaan yang ada di pulau Madura, yang memiliki
kebudayaan yang cukup banyak dan unik yang tidak mungkin ditemukan pada
daerah-daerah lain di Indonesia.
Madura merupakan salah satu pulau
yang memiliki julukan sebagai pulau garam. Selain itu Madura sangatlah erat
akan budayanya yang keras dan beringas, sehingga bagi masyrakat yang belum
pernah bertemu dengan orang Madura akan merasa enggan apabila bertatap muka dan
berbicara dengan orang Madura. Karena sebagian besar wajah-wajah orang Madura
itu sendiri sangat sangar. Masyarakat luar Madura biasanya mengenal orang-orang
Madura dengan suatu budayanya yaitu “CAROK” yang terkenal di Madura sendiri.
Dan budaya ini merupakan salah satu budaya yang sangat di takuti oleh
masyarakat Madura, karena taruhannya adalah kehormatan dan juga nyawa. Tetapi
sebenarnya masyarakat di Madura
sangatlah ramah tamah dan juga saling tolong menolong. Di Madura sendiri ada
suatu kebudayaan yang sangat unik yang dimiliki oleh masyarakat di Madura.
Budaya ini merupakan suatu musik trdisional dan dikenal oleh masyarakat Madura
yang disebut dengan musik “UL-DAUL”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian musik Ul-daul ?
2.
Apa saja tujuan music ul-daul?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian musik ul-daul.
2.
Untuk mengetahui budaya music Madura.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH MUSIK UL-DAUL
Sejarah penciptaan dan pemberian
nama musik Ul-Daul hingga sekarang belum dapat diketahui. Sebagian besar orang
berpendapat bahwa ul-daul berasal dari
kata “Gaul, Ul-Gaul” dan kemudian dipraktiskan menjadi “Ul-Daul”. Dalam
pengucapan dan ungkapan orang Madura misalnya, sebutan untuk anak laki-laki
“Kacong” tetapi kerap biasa dipanggil “Encung” dan untuk perempuan “Cebbhing”
tetapi juga demikian dipanggil degan sebutan “Embeng” dan sebagainya. Musik
Ul-Daul (Daol Combo) merupakan musik kontemporer yang memiliki suatu ciri khas
tersendiri, yang berasal dari salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat Madura. Pada awalnya musik Ul-Daul dimainkan dan berkembang dari
kota Sampang. Berdirinya musik ini berawal dari suatu kebiasaan masyarakat
Madura yang sering kali memanfaatkan barang-barang di tempat sekitar atau
barang bekas yang sudah tidak bisa dipakai lagi, untuk dijadikannya sebagai
instrumen dalam memainkan bunyi-bunyian sehingga membentuk suatu nada-nada yang
etnik dan juga sangat khas. Musik ini mulai berkembang pesat pada era tahun
1990-an yang mempadukan dengan beragai macam aliran musik mulai dari musik
dangdut, gambus, kasidah, dan hingga lagu-lagu daerah. Musik Ul-Daul merupakan
inovasi musik Tong-Tong, sehingga sebagian besar alat-alat musik yang digunakan
untuk memainkannya terbuat dari bambu. Ada beberapa Alat musik yang terbuat
dari potongan bambu memiliki jenis ukuran yang bereda-beda dan sesuai dengan
bunyi yang akan dihasilkannya nanti, mulai dari ukuran besar panjang sekitar
setengah sampai mencapai satu meter dengan diameter 40-50 cm. Sehingga akan
melahirkan bunyi yang sangat nyaring dan besar. Dan selanjutnya memiliki jenis
ukuran yang semakin kecil sesuai dengan kebutuhan irama yang diperlukan untuk
dapat mempadukan dan menghasilkan nada-nada yang indah sehingga enak untuk
didengarkan. Cara memainkan musik ini dengan menggunakan pukulan monoton
sehingga melahirkan irama yang dinamis. Sejarah lahirnya musik Ul-Daul hingga
sekarang belum dapat diketahui. Tetapi dengan semakin eksisnya keberadaan dan
bertambahnya perkumpulan musik Ul-Daul di Madura ini menjadikan sebagai bukti
bahwa Madura merupakan tanah yang kaya raya akan seni dan kebudayaan yang
memiliki ciri-ciri khas tersendiri (Syaf Anton Wr).
Musik Ul-Daul yang pada awal
pengembangan dari musik Tong-Tong yang
digunakan sebagai musik patrol sahur dan dimainkan dalam membangunkan
orang untuk melaksanakan ibadah sahur pada bulan suci rhamadan. Namun dalam perkembangannya
sekarang musik Ul-Daul tidak lagi digunakan untuk membangunkan orang sahur
saja. Sekarang justru musik Ul-Daul diperlombakan pada setiap daerah-daerah di
Madura. Penilaian dalam perlombaan tersebut menilai dari aspek keindahan, dan
bagaimana cara memainkannya, Alat musik yang digunakan sama saja seperti yang
sebelumnya. Tetapi dalam ajang perlombaan tersebut alat-alat yang digunakanpun
cukup beragam.
Untuk membentuk suatu irama yang
indah biasanya menggunakan beberapa alat musik tambahan lainnya seperti:
peking, kenong, gendang serta alat wajibnya yaitu: tong-tong, dung-dung,
dug-dug, bung-bung, dan sejenisnya. Sehingga menciptakan suara yang lebih
dinamis. Pada ajang perlombaan Ul-Daul tidak hanya menampilkan keahlian
masyarakat Madura dalam memainkan alat musik saja. Melainkan juga terdapat
tari-tarian untuk memeriahkan ajang perlombaan tersebut. Selain itu bukan hanya
musik yang ditampilkan, tapi lebih jauh dalam peragaan penampilan dengan
berbagai bentuk aksesoris sangat dominan sebagai bentuk kemeriahan
penampilannya. Seiring dengan berjalannya waktu ajang perlombaan Ul- Daul
menjadi sajian rutin pada saat lebaran ketupat, sehingga banyak berbagai grup
musik Ul-Daul menunjukan aksinya. Apalagi dalam penampilan dalam ajang
perlombaan tersebut mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh pemerintah daerah di
wilayah Madura. Sehingga antusias para pesertanya semakin meningkat dengan
berbagai motivasi.
Penampilan dalam ajang perlombaan
musik Ul-Daul membutuhkan biaya yang cukup besar. Untuk semua biaya satu set
lengkap alat musik Ul-Daul bisa menghabiskan biaya mencapai 30-40 juta. Dan
dalam proses penggarapan media pendukungnya, tidak cukup dilakukan dalam satu
hari. Sehingga proses penggarapannya sudah disiapkan dan dilakukan jauh-jauh
hari menjelang ajang perlombaan tersebut. Dan bahkan dilengkapi dengan
kelap-kelip lampu dan juga lampu sorot untuk menjadi suatu ornamen kemeriahan
dari penampilan masing-masing peserta. Termasuk didalamnya pengeras suara,
serta mesin diesel tenaga listrik selama perjalan perlombaan berlangsung.
Lebih menariknya lagi, musik Ul-Daul
telah merambah dalam penampilannya di wilayah, kota-kota besar, dan daerah
lainnya. Dengan mendapatkan antusias dan sambutan yang cukup menggembirakan.
Maka tidak dapat diragukan lagi musik Ul-Daul mejadi fenomena dan merupakan suatu
kebanggaan musik yang dimiliki oleh tradisi masyarakat Madura.
Selain itu pada kabupaten Sumenep
musik Ul-Daul ini dikenal sebagai musik Tong-Tong, yang kemudian dikembangkan
lagi menjadi musik “Ghursah”. Yaitu musik ini dikembangkan sebagai pengiring
lagu-lagu daerah Madura. Musik Ghursah ini, spesifikasinya ditampilkan dalam
penanipilan terbuka sebagai tontonan umum, untuk acara hajat perkawinan, maupun
acara-acara penyambutan tamu-tamu kunjungan dan tamu wisatawan (Wahyu
Qadarillah).
Namun dari berbagai jenis musik
Ul-Daul yang ada, musik tradisional Ul-Daul di wilayah kabupaten Pamekasan
memilki ciri khas tersendiri, sehingga membedakannya dengan musik Ul-Daul pada
daerah lainnya di Madura. Sebab keberadaan musik Ul-Daul di Pamekasan lebih di picu
karena adanya pemadaman listrik pada era tahun 1990-an. Pada saat madura
mengalami pemadaman listrik, kelompok musik Ul-Daul hanya berkembang di
kabupaten Pamekasan saja, sedangkan pada ke tiga kabupaten lainnya justru tidak
ada. Bahkan jenis musik Ul-Daul yang dikembangkan oleh warga Pamekasan ketika
itu dan hingga kini terus berlangsung yaitu menggunakan kereta dorong.
Dengan semakin eksisnya keberadaan
dan banyaknya perkumpulan musik Ul-Daul di Madura. Kini musik tersebut menjadi salah satu kesenian yang sering
banyak ditampilkan dalam berbagai kegiatan seperti yang telah disebutkan di
atas. Contohnya saja pada kabupaten Sumenep perkumpulan musik ul-daul semakin
meraja rela bahkan jumlahnya tidak dapat dihitung dan juga diperkirakan dalam
setiap desa memilki perkumpulan musik Ul-Daul. Baik kelompok rintisan maupun
kelompok yang sudah pernah unjuk kebolehan di tingkat nasional.
B.
PERKUMPULAN MUSIK UL-DAUL
Perkumpulan musik tradisional
UL-Daul di Madura jumlahnya sangat banyak. Seperti sekumpulan kelompok
tradisional musik Ul-Daul Arrisalah Gong Mania. Yang berasal dari desa bataal
laok, kecamatan Ganding, kabupaten Sumenep. Kelompok Ul-Daul satu ini berhasil
membawa nama kabupaten Sumenep, menempati urutan ke dua di pentas lomba musik Ul-Daul tingkat
Nasional. Di belakang semua itu banyak hal yang melatarbelakangi proses untuk
meraih poin itu. Baik yang bersifat material, moral, dan semangat untuk tidak
mudah pantang menyerah. Prinsip dalam mengembangkan perkumpulan musik Ul-Daul
ini, berpijak pada semangat melestarikan warisan nenek moyang. Dan musik
Ul-Daul ini merupakan musik alam yang berciri khas ke Madura-an, sebab dalam
perkebangannya musik Ul-Daul tidak pernah lepas dangan tabuhan (alunan musik )
bernafaskan alam Madura. Mulai dari irama musik, dan aksesoris yang melengkapi
musik tradisional itu.
Perkumpulan musik Ul-Daul Arrisalah
Gong Mania pertama kali didirikan pada tahun 2002. Dalam mendirikan perkumpulan
musik tradisional ini bukanlah suatu hal yang mudah. Pertama kalinya
perkumpulan Ul-Daul ini didirikan dengan keterbatasan, dan dalam penampilanya
hanya alasekadarnya. Meskipun hanya berbekal kesederhanaan. Komunitas ini tetap
tidak mau kalah bersaing dengan perkumpulan Ul-Daul lainnya yang sudah lama lebih dahulu berdiri.
Pada tahun 2004 perkumpulan ini
mulai berkembang, dengan semakin banyaknya para warga yang mengundang Ul-Daul
Gong Mania untuk tampil dalam acara-acara dan dalam suatu kegiatan tertentu.
Semenjak itulah perkumpulan musik ini sedikit demi sedikit dapat dikenal oleh
masyarakat, dan sejumlah alat mulai untuk dilengkapi. Dengan hanya
mengankantongi dana yang pas-pasan, perkumpulan ini menambahkan dan melengkapi
perlengkapan yang dibutuhkan seperti, jidul, terompet, dan membeli kerangka
mobil untuk mengangkut begron Ul-Daul.
Sedangkan dalam setiap kali untuk
diundang tampil perkumpulan ini memilki tarif yang bervariasi. Untuk
penampilannya pada daerah lokal tarif sewanya Rp 1.000.000, dan jika menerima
undangan dari luar kota tarif untuk menyewanya mencapai Rp 1.500.000. Dengan tarif
sewa tersebut,perkumpulan musik tradisional ini hanyalah mendapatkan keuntungan
yang tidak banyak.
Seiring dengan berjalannya waktu,
beberapa tahun kemudian perkumpulan ini
berkembang semakin pesat. Sehingga membuat namanya lebih dikenal oleh banyak
masyarakat. Namun semua personel dan jajaran pengurus dalam perkumpulan ini
saeakan tidak pernah merasa puas. Dari semakin seringnya kelompok ini tampil di
berbagai pentas akbar, perkumpulan ini menjadi semakin lebih tertantang untuk
membenahi kelompoknya.
Dari sejarahnya perkumpulan musik
tradisional ini, yang pada mulanya hanya berbekal semangat, kerja keras, dan
tidak mudah untuk tetap pantang menyerah. Sehingga membuahkan hasil prestasi
yang cukup banyak, dan mampu mengantarkan kelompok musik Ul-Daul Gong Mania ini
dapat menjuarai berbagai perlombaan yang bergengsi. Pada tahun 2006 perkumpulan
ini menjadi juara 1 musik tradisional yang dilaksanakan oleh PCNU peragaan. Dan
pada tahun 2007 Gong Mania dinyatakan sebagai juara terbaik 1 dalam Grand Prix
Traditional Art Contemporer New Year 2007 yang diselenggarakan di kabupaten
Sampang. Dan juga pada tahun yang sama Gong Mania menjadi juara terbaik
dekorasi dan penyaji musik dalam pergelaran musik tradisional se-Madura yang di
adakan oleh FKPPI Sumenep. Selain itu pada tahun 2008 Gong Mania kembali
menjadi juara terbaik 1 dalam Grand Prix Traditional Art Contemporer, sehingga
perkumpulan Gong Mania di daulat untuk mewakili Madura dalam kejuaraan musik
tradisional tingkat Nasional.
Dengan sejumlah sederet prestasi
yang sudah dapat dicapai tentunya Gong Mania dapat berbangga diri. Meskipun
demikian kehormatan dan anugerah yang berdirinya perkumpulan musik Ul-Daul Gong
Mania ini hanya mengajak masyarkat untuk melestarikan budaya tradisional yang
dimiliki oleh Madura (Annynomous).
Contoh lain perkumpulan musik
Ul-Daul ini, adalah perkumpulan musik Ul-Daul Semut Ireng yang berasal dari
desa Parteker kabupaten Pamekasan. Semut Ireng didirikan pada tahun 1999. Nama
Semut Ireng itu sendiri dalam bahasa Madura memiliki arti sebagai “Billis
Celleng”. Pada mulanya grup musik tradsional ini merupakan sekelompok orang
pecinta seni yang tidak terkoordinasi. Dan pada awal berdirinya perkumpulan
ini, berawal dari pemadaman listrik yang terjadi di pulau Madura yang terjadi
selama tiga bulan pada tahun 1990-an. Sekelompok orang-orang ini berkumpul, dan
membentuk suatu perkumpulan musik tradisional Ul-Daul untuk memberikan hiburan
kepada masyarakat karena terjadinya mati lampu. Musik Ul-Daul Semut Ireng ini
memiliki ciri khas tersendiri, sehingga membuatnya berbeda dengan musik Ul-Daul
yang berasal dari daerah lainnya di Madura.
Keunikan musik Semut Ireng dalam
setiap penampilannya untuk memberikan suatu hiburan kepada masyarakat, dengan
berciri khas gerobak besar yang di cat warna hitam dan dihiasi dengan berbagai
macam aneka janur kuning sehingga menyerupai dengan semut hitam besar. Dan
dengan suara gendang dan gong mengawali rangkaian nada musik Ul-Daul khas
Madura. Dan kemudian diikuti suara kenning, saron, peking, rebbana, tong-tong,
dan sronen sehingga menciptakan nada yang kuat dan memekakkan telinga.
Perkumpulan musik ini memilki pemain sebanyak 25 orang lengkap dengan cadangan
pemainnya.
Dalam setiap penampilannya untuk
memberikan hiburan kepada masyarakat, gerobak hitam beroda dua yang berhiaskan
janur kuning itu selalu dibawa untuk memudahkan pemain perkusi bergerak
dinamis. Ketika sedang tampil beberapa pemain musik naik keatas gerobak dan
yang lainnya berjalan kaki. Biasanya perkumpulan musik tradisional ini tampil
di jalan raya pada saat acara-acara tertentu.
Prestasi yang didapatkan oleh Semut
Ireng, tidak dapat diragukan lagi. Sebagai contohnya Semut Ireng mengharumkan
nama kabupaten Pamekasan setelah berhasil menjadi juara 1 lomba parade musik
dan tari tingkat Nasional yang dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah
(TMII) pada tahun 2006 yang lalu. Dan semenjak saat itulah Semut Ireng dilirik
dan diminta untuk menjadi tim hiburan dalam menyambut tamu negara asing
(Annynomous).
Penampilan pertama Semut Ireng dalam
menyambut tamu negara asing yaitu pada tanggal 26 November 2007. Pada saat itu
Semut Ireng diminta untuk memberikan suatu hiburan untuk menyambut kedatangan
Presiden Equador. Kemudian penampilan kedua Semut Ireng terjadi pada awal tahun
2008, yang pada saat itu untuk menyambut kedatangan Sultan Brunai Darussalam.
Pada tahun yang sama Semut ireng diminta untuk bermain pada resepsi HUT
kemerdekaan Republik Indonesia Agustus 2008.
Pada waktu kedatangan Presiden
Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia. Ibu Negara Ibu Ani Yudhoyono meminta
Semut Ireng untuk tampil menjadi penghibur dalam rangka menyambut Presiden
Obama. Dalam menyambut kedatangan Presiden Obama, di Istana Negara Semut Ireng
akan berkolaborasi dengan sanggar tari Gito Maron Surabaya. Yang menampilkan
tarian khas Madura yaitu Gellang Ro’om (Annynomous).
C.
PENGENALAN MUSIK U-DAUL DALAM PERGURUAN TINGGI
Kalangan seniman dan budayawan di
kebupaten Pamekasan, Madura mulai memperkenalakan mulai memperkenalkan musik
tradisional Ul-Daul ini kepada perguruan tinggi yang ada di pulau Madura itu
sendiri. Karena pada saat ini sebagian besar kesenian tradisional di Madura
hampir mengalami kepunahan. Hal itu terjadi, karena kurangnya pengenalan
kesenian tradisional terhadap para generasi mudanya. Pengenalan kesenian tradisional kepada perguruan tinggi sangat
penting dilakukan. Agar mereka dapat mengetahui bebagai kesenian tradisional
yang ada di Madura. Dengan cara demikian kesenian musik Ul-Daul akan tetap
lestari dan dikenang terus-menerus oleh generasi mudanya.
Pengenalan kesenian ini tidak hanya
terbatas di perguruan tinggi yang ada di Madura saja. Akan tetapi juga sejumlah
universitas, baik yang negeri maupun swatsa yang ada di luar pulau Madura.
Selain memperkenalkan kesenian ini dalam perguruan tinggi, para seniman dan
budayawan di Madura khususnya di kabupaten Pamekasan. Juga menjadi seni tradisi
sebagai materi pendidikan tambahan di erbagai lembaga pendidikan mulai dari
tingkat SD sampai ke perguruan tinggi (Annynomous).
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Madura memiliki berbagai macam jenis
kebudayaan tradisional yang sangat beragam, dan tentunya sangat berbeda dan
memilki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya
yang ada di Indonesia. Salah satu contoh kesenian tradisional yang ada di Madura
adalah musik tradisional “UL-DAUL”. Pada awalnya musik tradisional ini
berkembang di kabupaten Sampang, Madura. Musik Ul-Daul ini merupakan
perkembangan dari musik Tong-Tong, yang biasa di mainkan pada saat bulan
rhamadan dan digunakan untuk membangunkan orang sahur. Alat yang dipakai untuk
memainkan musik ini sebagian besar terbuat dari bambu, dan juga barang-barang
bekas lainnya yang sudah tidak terpakai lagi kemudian dimanfaatkan sebagai alat
dalam memainkan musik ini. Pada kabupaten Pamekasan musik Ul-Daul ini juga
dimainkan pada saat terjadinya pemadaman listrik di Madura selama tiga bulan,
yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada seluruh masyarakat. Namun dalam
perkembangannya musik Ul-Daul ini tidak hanya digunakan untuk membangunkan orang
sahur saja. Melainkan juga diperlombakan, bahkan sampai dalam ajang perlombaan
Nasional. Alat yang digunakan untuk memainkannya sama seperti sebelumnya,
tetapi ada sebagian alat tambahan seperti: peking, kenong , gendang. Contoh
dari perkumulan musik ini yang sudah banyak mengankantongi sejumlah pertasi di
tingkat Nasional adalah perkumpulan Ul-Daul Arissalah Gong Mania yang berasal
dari kabupaten Sumenep, dan perkumpulan Ul-Daul Semut ireng yang mempunyai ciri
khas gerobak warna hitam besar yang dihiasi dengan aneka janur kuning dalam
setiap penampilannya.
B.
SARAN
Sabagai generasi muda kita
seharusnya terus menerus melestarikan dan merawatnya dengan baik kesenian
tradisional yang dimilki oleh Madura. Agar dapat dikenal oleh masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Annynomous: Musik Ul-Daul Madura [oline] http://sampang.web.id/2011/04/ul-daul- musik tradisi-madura-yang-fenomenal.html diakses pada tanggal 12 April 2013
Annynomous: Festival Ul-Daul
[online] http://brangwetan.wordpress.com/2008/10/11/melihat-perkumpulan-musik-tradisional-ul-daul diakses pada tanggal 12 April 2013
Annynomous: Perkumpulan Musik Ul-Daul [online] http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=f1b3ba31608b6e372c3a25851e5cc68f&jenis=c81e728d9d4c2f63f067f89cc148622c diakses pada tanggal 13 April 2013
Annynomous: Budaya Madura [online] http://oase.kompas.com/read/2012/10/10/2310027/seniman.perkenalkan.budaya.musik.tradisional.ke.kampus diakses pada tanggal 13 April 2013
Qadarillah, wahyu: Budaya Madura [online] http://lontarmadura.com/rekonstruksi-budaya-madura diakses pada tanggal 12 April 2013
Wr Syaf Anton: Kesenian Ul-Daul [online] http://lontarmadura.com/ul-daul-musik-tradisi-yang-fenomenal diakses pada tanggal 12
April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar