Jumat, 24 April 2015

Makalah Tentang Ul-Daul Madura

MAKALAH
UL-DAUL MUSIK TRADISIONAL MADURA
















Disusun oleh : Ririn Afriyani
Class : X (IPS)
No : 31





SMPN 4 PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN 2015-2016




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh garis katulistiwa, sehingga Indonesia berada pada iklim tropis yang memiliki dua musim yaitu: musim panas dan musim hujan. Tidak hanya itu Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil bumi dengan sangat melimpah, selain itu Indonesia juga memiliki beragam keanekaragaman budaya yang sangat banyak pula, dan terdiri atas dengan banyak suku yang berbeda-beda.
Budaya merupakan suatu identitas bagi kelompok masyarakat. Dan budaya pula yang paling banyak mempengaruhi penciptaan watak terhadap masyrarakat tertentu. Dan kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, dan kepercayaan tentang perilaku manusia yang tercermin di dalamnya. Sehingga semua itu adalah milik bersama dan apabila perilaku itu sesuai, maka perilaku tersebut dianggap diterima dalam masyarakat. Oleh karena itu kita harus menjaga dan terus melestarikan semua budaya yang ada dan dimiliki oleh Indonesia untuk generasi selanjutnya, dan juga agar tidak di klain oleh negara-negara lain. Seperti suatu kebudayaan  yang ada di pulau Madura, yang memiliki kebudayaan yang cukup banyak dan unik yang tidak mungkin ditemukan pada daerah-daerah lain di Indonesia.
Madura merupakan salah satu pulau yang memiliki julukan sebagai pulau garam. Selain itu Madura sangatlah erat akan budayanya yang keras dan beringas, sehingga bagi masyrakat yang belum pernah bertemu dengan orang Madura akan merasa enggan apabila bertatap muka dan berbicara dengan orang Madura. Karena sebagian besar wajah-wajah orang Madura itu sendiri sangat sangar. Masyarakat luar Madura biasanya mengenal orang-orang Madura dengan suatu budayanya yaitu “CAROK” yang terkenal di Madura sendiri. Dan budaya ini merupakan salah satu budaya yang sangat di takuti oleh masyarakat Madura, karena taruhannya adalah kehormatan dan juga nyawa. Tetapi sebenarnya masyarakat  di Madura sangatlah ramah tamah dan juga saling tolong menolong. Di Madura sendiri ada suatu kebudayaan yang sangat unik yang dimiliki oleh masyarakat di Madura. Budaya ini merupakan suatu musik trdisional dan dikenal oleh masyarakat Madura yang disebut dengan musik “UL-DAUL”.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian musik Ul-daul ?
2.      Apa saja tujuan music ul-daul?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian musik ul-daul.
2.      Untuk mengetahui budaya music Madura.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    SEJARAH MUSIK  UL-DAUL
Sejarah penciptaan dan pemberian nama musik Ul-Daul hingga sekarang belum dapat diketahui. Sebagian besar orang berpendapat bahwa  ul-daul berasal dari kata “Gaul, Ul-Gaul” dan kemudian dipraktiskan menjadi “Ul-Daul”. Dalam pengucapan dan ungkapan orang Madura misalnya, sebutan untuk anak laki-laki “Kacong” tetapi kerap biasa dipanggil “Encung” dan untuk perempuan “Cebbhing” tetapi juga demikian dipanggil degan sebutan “Embeng” dan sebagainya. Musik Ul-Daul (Daol Combo) merupakan musik kontemporer yang memiliki suatu ciri khas tersendiri, yang berasal dari salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Madura. Pada awalnya musik Ul-Daul dimainkan dan berkembang dari kota Sampang. Berdirinya musik ini berawal dari suatu kebiasaan masyarakat Madura yang sering kali memanfaatkan barang-barang di tempat sekitar atau barang bekas yang sudah tidak bisa dipakai lagi, untuk dijadikannya sebagai instrumen dalam memainkan bunyi-bunyian sehingga membentuk suatu nada-nada yang etnik dan juga sangat khas. Musik ini mulai berkembang pesat pada era tahun 1990-an yang mempadukan dengan beragai macam aliran musik mulai dari musik dangdut, gambus, kasidah, dan hingga lagu-lagu daerah. Musik Ul-Daul merupakan inovasi musik Tong-Tong, sehingga sebagian besar alat-alat musik yang digunakan untuk memainkannya terbuat dari bambu. Ada beberapa Alat musik yang terbuat dari potongan bambu memiliki jenis ukuran yang bereda-beda dan sesuai dengan bunyi yang akan dihasilkannya nanti, mulai dari ukuran besar panjang sekitar setengah sampai mencapai satu meter dengan diameter 40-50 cm. Sehingga akan melahirkan bunyi yang sangat nyaring dan besar. Dan selanjutnya memiliki jenis ukuran yang semakin kecil sesuai dengan kebutuhan irama yang diperlukan untuk dapat mempadukan dan menghasilkan nada-nada yang indah sehingga enak untuk didengarkan. Cara memainkan musik ini dengan menggunakan pukulan monoton sehingga melahirkan irama yang dinamis. Sejarah lahirnya musik Ul-Daul hingga sekarang belum dapat diketahui. Tetapi dengan semakin eksisnya keberadaan dan bertambahnya perkumpulan musik Ul-Daul di Madura ini menjadikan sebagai bukti bahwa Madura merupakan tanah yang kaya raya akan seni dan kebudayaan yang memiliki ciri-ciri khas tersendiri (Syaf Anton Wr).
Musik Ul-Daul yang pada awal pengembangan dari musik Tong-Tong yang  digunakan sebagai musik patrol sahur dan dimainkan dalam membangunkan orang untuk melaksanakan ibadah sahur pada bulan suci rhamadan. Namun dalam perkembangannya sekarang musik Ul-Daul tidak lagi digunakan untuk membangunkan orang sahur saja. Sekarang justru musik Ul-Daul diperlombakan pada setiap daerah-daerah di Madura. Penilaian dalam perlombaan tersebut menilai dari aspek keindahan, dan bagaimana cara memainkannya, Alat musik yang digunakan sama saja seperti yang sebelumnya. Tetapi dalam ajang perlombaan tersebut alat-alat yang digunakanpun cukup beragam.


Untuk membentuk suatu irama yang indah biasanya menggunakan beberapa alat musik tambahan lainnya seperti: peking, kenong, gendang serta alat wajibnya yaitu: tong-tong, dung-dung, dug-dug, bung-bung, dan sejenisnya. Sehingga menciptakan suara yang lebih dinamis. Pada ajang perlombaan Ul-Daul tidak hanya menampilkan keahlian masyarakat Madura dalam memainkan alat musik saja. Melainkan juga terdapat tari-tarian untuk memeriahkan ajang perlombaan tersebut. Selain itu bukan hanya musik yang ditampilkan, tapi lebih jauh dalam peragaan penampilan dengan berbagai bentuk aksesoris sangat dominan sebagai bentuk kemeriahan penampilannya. Seiring dengan berjalannya waktu ajang perlombaan Ul- Daul menjadi sajian rutin pada saat lebaran ketupat, sehingga banyak berbagai grup musik Ul-Daul menunjukan aksinya. Apalagi dalam penampilan dalam ajang perlombaan tersebut mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh pemerintah daerah di wilayah Madura. Sehingga antusias para pesertanya semakin meningkat dengan berbagai motivasi.
Penampilan dalam ajang perlombaan musik Ul-Daul membutuhkan biaya yang cukup besar. Untuk semua biaya satu set lengkap alat musik Ul-Daul bisa menghabiskan biaya mencapai 30-40 juta. Dan dalam proses penggarapan media pendukungnya, tidak cukup dilakukan dalam satu hari. Sehingga proses penggarapannya sudah disiapkan dan dilakukan jauh-jauh hari menjelang ajang perlombaan tersebut. Dan bahkan dilengkapi dengan kelap-kelip lampu dan juga lampu sorot untuk menjadi suatu ornamen kemeriahan dari penampilan masing-masing peserta. Termasuk didalamnya pengeras suara, serta mesin diesel tenaga listrik selama perjalan perlombaan berlangsung.
Lebih menariknya lagi, musik Ul-Daul telah merambah dalam penampilannya di wilayah, kota-kota besar, dan daerah lainnya. Dengan mendapatkan antusias dan sambutan yang cukup menggembirakan. Maka tidak dapat diragukan lagi musik Ul-Daul mejadi fenomena dan merupakan suatu kebanggaan musik yang dimiliki oleh tradisi masyarakat Madura.
Selain itu pada kabupaten Sumenep musik Ul-Daul ini dikenal sebagai musik Tong-Tong, yang kemudian dikembangkan lagi menjadi musik “Ghursah”. Yaitu musik ini dikembangkan sebagai pengiring lagu-lagu daerah Madura. Musik Ghursah ini, spesifikasinya ditampilkan dalam penanipilan terbuka sebagai tontonan umum, untuk acara hajat perkawinan, maupun acara-acara penyambutan tamu-tamu kunjungan dan tamu wisatawan (Wahyu Qadarillah).
Namun dari berbagai jenis musik Ul-Daul yang ada, musik tradisional Ul-Daul di wilayah kabupaten Pamekasan memilki ciri khas tersendiri, sehingga membedakannya dengan musik Ul-Daul pada daerah lainnya di Madura. Sebab keberadaan musik Ul-Daul di Pamekasan lebih di picu karena adanya pemadaman listrik pada era tahun 1990-an. Pada saat madura mengalami pemadaman listrik, kelompok musik Ul-Daul hanya berkembang di kabupaten Pamekasan saja, sedangkan pada ke tiga kabupaten lainnya justru tidak ada. Bahkan jenis musik Ul-Daul yang dikembangkan oleh warga Pamekasan ketika itu dan hingga kini terus berlangsung yaitu menggunakan kereta dorong.

Dengan semakin eksisnya keberadaan dan banyaknya perkumpulan musik Ul-Daul di Madura. Kini musik tersebut  menjadi salah satu kesenian yang sering banyak ditampilkan dalam berbagai kegiatan seperti yang telah disebutkan di atas. Contohnya saja pada kabupaten Sumenep perkumpulan musik ul-daul semakin meraja rela bahkan jumlahnya tidak dapat dihitung dan juga diperkirakan dalam setiap desa memilki perkumpulan musik Ul-Daul. Baik kelompok rintisan maupun kelompok yang sudah pernah unjuk kebolehan di tingkat nasional.

B.     PERKUMPULAN MUSIK UL-DAUL
Perkumpulan musik tradisional UL-Daul di Madura jumlahnya sangat banyak. Seperti sekumpulan kelompok tradisional musik Ul-Daul Arrisalah Gong Mania. Yang berasal dari desa bataal laok, kecamatan Ganding, kabupaten Sumenep. Kelompok Ul-Daul satu ini berhasil membawa nama kabupaten Sumenep, menempati urutan  ke dua di pentas lomba musik Ul-Daul tingkat Nasional. Di belakang semua itu banyak hal yang melatarbelakangi proses untuk meraih poin itu. Baik yang bersifat material, moral, dan semangat untuk tidak mudah pantang menyerah. Prinsip dalam mengembangkan perkumpulan musik Ul-Daul ini, berpijak pada semangat melestarikan warisan nenek moyang. Dan musik Ul-Daul ini merupakan musik alam yang berciri khas ke Madura-an, sebab dalam perkebangannya musik Ul-Daul tidak pernah lepas dangan tabuhan (alunan musik ) bernafaskan alam Madura. Mulai dari irama musik, dan aksesoris yang melengkapi musik tradisional itu.
Perkumpulan musik Ul-Daul Arrisalah Gong Mania pertama kali didirikan pada tahun 2002. Dalam mendirikan perkumpulan musik tradisional ini bukanlah suatu hal yang mudah. Pertama kalinya perkumpulan Ul-Daul ini didirikan dengan keterbatasan, dan dalam penampilanya hanya alasekadarnya. Meskipun hanya berbekal kesederhanaan. Komunitas ini tetap tidak mau kalah bersaing dengan perkumpulan Ul-Daul lainnya yang  sudah lama lebih dahulu berdiri.
Pada tahun 2004 perkumpulan ini mulai berkembang, dengan semakin banyaknya para warga yang mengundang Ul-Daul Gong Mania untuk tampil dalam acara-acara dan dalam suatu kegiatan tertentu. Semenjak itulah perkumpulan musik ini sedikit demi sedikit dapat dikenal oleh masyarakat, dan sejumlah alat mulai untuk dilengkapi. Dengan hanya mengankantongi dana yang pas-pasan, perkumpulan ini menambahkan dan melengkapi perlengkapan yang dibutuhkan seperti, jidul, terompet, dan membeli kerangka mobil untuk mengangkut begron Ul-Daul.
Sedangkan dalam setiap kali untuk diundang tampil perkumpulan ini memilki tarif yang bervariasi. Untuk penampilannya pada daerah lokal tarif sewanya Rp 1.000.000, dan jika menerima undangan dari luar kota tarif untuk menyewanya mencapai Rp 1.500.000. Dengan tarif sewa tersebut,perkumpulan musik tradisional ini hanyalah mendapatkan keuntungan yang tidak banyak.



Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa  tahun kemudian perkumpulan ini berkembang semakin pesat. Sehingga membuat namanya lebih dikenal oleh banyak masyarakat. Namun semua personel dan jajaran pengurus dalam perkumpulan ini saeakan tidak pernah merasa puas. Dari semakin seringnya kelompok ini tampil di berbagai pentas akbar, perkumpulan ini menjadi semakin lebih tertantang untuk membenahi kelompoknya.
Dari sejarahnya perkumpulan musik tradisional ini, yang pada mulanya hanya berbekal semangat, kerja keras, dan tidak mudah untuk tetap pantang menyerah. Sehingga membuahkan hasil prestasi yang cukup banyak, dan mampu mengantarkan kelompok musik Ul-Daul Gong Mania ini dapat menjuarai berbagai perlombaan yang bergengsi. Pada tahun 2006 perkumpulan ini menjadi juara 1 musik tradisional yang dilaksanakan oleh PCNU peragaan. Dan pada tahun 2007 Gong Mania dinyatakan sebagai juara terbaik 1 dalam Grand Prix Traditional Art Contemporer New Year 2007 yang diselenggarakan di kabupaten Sampang. Dan juga pada tahun yang sama Gong Mania menjadi juara terbaik dekorasi dan penyaji musik dalam pergelaran musik tradisional se-Madura yang di adakan oleh FKPPI Sumenep. Selain itu pada tahun 2008 Gong Mania kembali menjadi juara terbaik 1 dalam Grand Prix Traditional Art Contemporer, sehingga perkumpulan Gong Mania di daulat untuk mewakili Madura dalam kejuaraan musik tradisional tingkat Nasional.
Dengan sejumlah sederet prestasi yang sudah dapat dicapai tentunya Gong Mania dapat berbangga diri. Meskipun demikian kehormatan dan anugerah yang berdirinya perkumpulan musik Ul-Daul Gong Mania ini hanya mengajak masyarkat untuk melestarikan budaya tradisional yang dimiliki oleh Madura (Annynomous).
Contoh lain perkumpulan musik Ul-Daul ini, adalah perkumpulan musik Ul-Daul Semut Ireng yang berasal dari desa Parteker kabupaten Pamekasan. Semut Ireng didirikan pada tahun 1999. Nama Semut Ireng itu sendiri dalam bahasa Madura memiliki arti sebagai “Billis Celleng”. Pada mulanya grup musik tradsional ini merupakan sekelompok orang pecinta seni yang tidak terkoordinasi. Dan pada awal berdirinya perkumpulan ini, berawal dari pemadaman listrik yang terjadi di pulau Madura yang terjadi selama tiga bulan pada tahun 1990-an. Sekelompok orang-orang ini berkumpul, dan membentuk suatu perkumpulan musik tradisional Ul-Daul untuk memberikan hiburan kepada masyarakat karena terjadinya mati lampu. Musik Ul-Daul Semut Ireng ini memiliki ciri khas tersendiri, sehingga membuatnya berbeda dengan musik Ul-Daul yang berasal dari daerah lainnya di Madura.
Keunikan musik Semut Ireng dalam setiap penampilannya untuk memberikan suatu hiburan kepada masyarakat, dengan berciri khas gerobak besar yang di cat warna hitam dan dihiasi dengan berbagai macam aneka janur kuning sehingga menyerupai dengan semut hitam besar. Dan dengan suara gendang dan gong mengawali rangkaian nada musik Ul-Daul khas Madura. Dan kemudian diikuti suara kenning, saron, peking, rebbana, tong-tong, dan sronen sehingga menciptakan nada yang kuat dan memekakkan telinga. Perkumpulan musik ini memilki pemain sebanyak 25 orang lengkap dengan cadangan pemainnya.



Dalam setiap penampilannya untuk memberikan hiburan kepada masyarakat, gerobak hitam beroda dua yang berhiaskan janur kuning itu selalu dibawa untuk memudahkan pemain perkusi bergerak dinamis. Ketika sedang tampil beberapa pemain musik naik keatas gerobak dan yang lainnya berjalan kaki. Biasanya perkumpulan musik tradisional ini tampil di jalan raya pada saat acara-acara tertentu.
Prestasi yang didapatkan oleh Semut Ireng, tidak dapat diragukan lagi. Sebagai contohnya Semut Ireng mengharumkan nama kabupaten Pamekasan setelah berhasil menjadi juara 1 lomba parade musik dan tari tingkat Nasional yang dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada tahun 2006 yang lalu. Dan semenjak saat itulah Semut Ireng dilirik dan diminta untuk menjadi tim hiburan dalam menyambut tamu negara asing (Annynomous).
Penampilan pertama Semut Ireng dalam menyambut tamu negara asing yaitu pada tanggal 26 November 2007. Pada saat itu Semut Ireng diminta untuk memberikan suatu hiburan untuk menyambut kedatangan Presiden Equador. Kemudian penampilan kedua Semut Ireng terjadi pada awal tahun 2008, yang pada saat itu untuk menyambut kedatangan Sultan Brunai Darussalam. Pada tahun yang sama Semut ireng diminta untuk bermain pada resepsi HUT kemerdekaan Republik Indonesia Agustus 2008.
Pada waktu kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia. Ibu Negara Ibu Ani Yudhoyono meminta Semut Ireng untuk tampil menjadi penghibur dalam rangka menyambut Presiden Obama. Dalam menyambut kedatangan Presiden Obama, di Istana Negara Semut Ireng akan berkolaborasi dengan sanggar tari Gito Maron Surabaya. Yang menampilkan tarian khas Madura yaitu Gellang Ro’om (Annynomous).

C.    PENGENALAN MUSIK U-DAUL DALAM PERGURUAN TINGGI
Kalangan seniman dan budayawan di kebupaten Pamekasan, Madura mulai memperkenalakan mulai memperkenalkan musik tradisional Ul-Daul ini kepada perguruan tinggi yang ada di pulau Madura itu sendiri. Karena pada saat ini sebagian besar kesenian tradisional di Madura hampir mengalami kepunahan. Hal itu terjadi, karena kurangnya pengenalan kesenian tradisional terhadap para generasi mudanya. Pengenalan kesenian  tradisional kepada perguruan tinggi sangat penting dilakukan. Agar mereka dapat mengetahui bebagai kesenian tradisional yang ada di Madura. Dengan cara demikian kesenian musik Ul-Daul akan tetap lestari dan dikenang terus-menerus oleh generasi mudanya.
Pengenalan kesenian ini tidak hanya terbatas di perguruan tinggi yang ada di Madura saja. Akan tetapi juga sejumlah universitas, baik yang negeri maupun swatsa yang ada di luar pulau Madura. Selain memperkenalkan kesenian ini dalam perguruan tinggi, para seniman dan budayawan di Madura khususnya di kabupaten Pamekasan. Juga menjadi seni tradisi sebagai materi pendidikan tambahan di erbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat SD sampai ke perguruan tinggi (Annynomous).




PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Madura memiliki berbagai macam jenis kebudayaan tradisional yang sangat beragam, dan tentunya sangat berbeda dan memilki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya yang ada di Indonesia. Salah satu contoh kesenian tradisional yang ada di Madura adalah musik tradisional “UL-DAUL”. Pada awalnya musik tradisional ini berkembang di kabupaten Sampang, Madura. Musik Ul-Daul ini merupakan perkembangan dari musik Tong-Tong, yang biasa di mainkan pada saat bulan rhamadan dan digunakan untuk membangunkan orang sahur. Alat yang dipakai untuk memainkan musik ini sebagian besar terbuat dari bambu, dan juga barang-barang bekas lainnya yang sudah tidak terpakai lagi kemudian dimanfaatkan sebagai alat dalam memainkan musik ini. Pada kabupaten Pamekasan musik Ul-Daul ini juga dimainkan pada saat terjadinya pemadaman listrik di Madura selama tiga bulan, yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada seluruh masyarakat. Namun dalam perkembangannya musik Ul-Daul ini tidak hanya digunakan untuk membangunkan orang sahur saja. Melainkan juga diperlombakan, bahkan sampai dalam ajang perlombaan Nasional. Alat yang digunakan untuk memainkannya sama seperti sebelumnya, tetapi ada sebagian alat tambahan seperti: peking, kenong , gendang. Contoh dari perkumulan musik ini yang sudah banyak mengankantongi sejumlah pertasi di tingkat Nasional adalah perkumpulan Ul-Daul Arissalah Gong Mania yang berasal dari kabupaten Sumenep, dan perkumpulan Ul-Daul Semut ireng yang mempunyai ciri khas gerobak warna hitam besar yang dihiasi dengan aneka janur kuning dalam setiap penampilannya.

B.     SARAN
Sabagai generasi muda kita seharusnya terus menerus melestarikan dan merawatnya dengan baik kesenian tradisional yang dimilki oleh Madura. Agar dapat dikenal oleh masyarakat luas.










DAFTAR PUSTAKA

Annynomous: Musik Ul-Daul Madura [oline] http://sampang.web.id/2011/04/ul-daul-  musik tradisi-madura-yang-fenomenal.html diakses pada tanggal 12 April 2013

Annynomous: Festival  Ul-Daul [online] http://brangwetan.wordpress.com/2008/10/11/melihat-perkumpulan-musik-tradisional-ul-daul diakses pada tanggal 12 April 2013


Annynomous: Budaya Madura [online] http://oase.kompas.com/read/2012/10/10/2310027/seniman.perkenalkan.budaya.musik.tradisional.ke.kampus diakses pada tanggal 13 April 2013

Qadarillah, wahyu: Budaya Madura [online] http://lontarmadura.com/rekonstruksi-budaya-madura diakses pada tanggal 12 April 2013

Wr Syaf Anton: Kesenian Ul-Daul [online] http://lontarmadura.com/ul-daul-musik-tradisi-yang-fenomenal  diakses pada tanggal 12 April 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar