Jumat, 24 April 2015

Makalah Aliran Teologi dalam Islam

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Syariat Islam wajib di lakukan bagi umat Manusia. Dasar yang menjadi pedoman pelaksanaan tersebut adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Tetapi setiap mukallaf dapat menggali kedua sumber tersebut untuk di jabarkan ke dalam kegiatan kehidupannya, karena melihat kenyataan bahwa manusia ini berbeda tingkat intelektualitasnya dalam setiap bidang dan mengingat sulitnya perangkat yang harus dimiliki oleh seorang penggali hukum (mujtahid).
           Akibatnya tidak semua manusia mendapatkan ketentuan hukum dari sumber aslinya, tetapi melalui para mujtahid yang sanggup mengistimbatkan hukum dari sumber aslinya itu.

B.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang di maksud dengan Qadariyah mu’tazilah …..?
2.      Bagaimana perspektif antara Qadariyah Mu’tazilah, Jabariyah dan ahl sunnah itu bisa terjadi ……?
3.      Seperti apa pemahaman Kaum Jabariyah terhadap sifat-sifat tuhan…..?
C.     TUJUAN
            Untuk memahami tentang Perspektif masing-masing faham, seperti Qadariyah Mu’tazilah, Jabariyah dan ahlus sunnah wal Jamaah.



                                                    


BAB II
                                                      PEMBAHASAN
A.    SIFAT-SIFAT TUHAN
1.     Sifat Tuhan Menurut Perspektif Qadariyah-Mu’tazilah
           Pertentangan paham antara kaum Mu’tazilah dengan kaum Asy’ariah dalam masalah ini berkisar sekitar persoalan apakah Tuhan memiliki sifat atau tidak. Jika tuhan mempunyai sifat-sifat itu mestilah kekal seperti halnya dengan Zat Tuhan. Dan selanjutnya jika sifat-sifat itu kekal, maka yang bersifat kekal bukanlah satu, tetapi banyak. Tegasnya, kekalnya sifat-sifat akan membawa kepada paham banyak yang kekal (ta’addud al-qudama’ atau multiplucuty of eternals). Dan ini selanjutnya akan membawa pada paham syrik atau paolytheisme. Suatu hal yang tak dapat di terima oleh teologi.
            Kaum Mu’tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak memiliki sifat. Definisi mereka tentang Tuhan, sebagaimana di jelaskan oleh al-Asyari’, bersifat negatif. Tuhan tidak memiliki pengetahuan, tidak memiliki kekuasaan, tidak memiliki hajat dan sebagainnya[1]. Ini tidak berarti bahwa tuhan bagi mereka tidak mengetahui, berkuasa dan sebagainya tetapi berkuasa, mengetahui dan sebagainya bukanlah sifat dalam artian yang sebenarnya. Arti “Tuhan mengetahui” kata abu al-Huzail, ialah Tuhan mengetahui dengan perantara pengetahuan dan pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri[2]. Sedangkan menurut Al_Jubba’i, ialah untuk mengetahui tuhan tidak berhajat kepada suatu sifat dalam bentuk pengetahuan atau keadaan mengetahui. Abu Hasyim sebaliknya berpendapat bahwa arti Tuhan mengetahui melalui Esensinnya, ialah Tuhan mempunyai keadaan mengetahui. Namun sesungguhnya mereka para pemuka-pemuka kaum Mu’tazilah tersebut sepakat bahwa Tuhan tidak mempunyai Sifat.

Kaum Mu’tazilah juga membawa dalil-dalil Al-Quran di antarannya:
لاتد ركه الابساروهويد رك الابصاروهوالطيفالخبير
Menurut ayat ini Tuhan tidak dapat di tangkap penglihatan. Tegasnya Tuhan tidak akan dapat dilihat. Tetapi menurut kaum Asy’ariah, yang di maksud di sini Tuhan tidak dapat di lihat di Dunia dan bukan di maksud di akhirat[3].

2.     Sifat Tuhan Menurut Perspektif Jabariyah
                  Tokoh-Tokoh  Jabariyah  yang membahas tentang sifat-sifat Tuhan :
1.      Ja’ad bin Dirham.
         Dia berpendapat bahwa Tuhan tidak memiliki sifat. Artinya, Tuhan tidak dapat diberikan sifat-sifat yang dapat disandarkan kepada makhluk, seperti sifat kalam atau lawannya (bisu). Sebab, kedua sifat ini dapat disandang oleh manusia.
2.      Abd al-Jabbar.
         Dia perpendapat bahwa Tuhan tak mengambil tempat dan dengan demikian tak dapat di lihat, karena yang dapat di lihat hanyalah yang mengambil tempat[4]. Dan juga kalau tuhan dapat di liahat dengan mata kepala, Tuhan akan dapat di lihat sekarang dalam alam ini juga[5]. Dan tak ada orang yang melihat Tuhan di alam ini.
3.      Jahm ibn Shafwan.
           Dia juga berpendapat bahwa Tuhan tidak memiliki sifat. Ia pernah terlibat perdebatan dengan Muqatil, Muqatil termasuk orang yang mengakui sifat-sifat Tuhan, sedang Jahm tidak. Keduanya terlibat perbedaan sengit. Hal ini dapat dilihat dari komentar Abu Hanifah berikut ini:
             Jahm sangat berlebihan dalam meniadakan tasybih sehingga ia menyatakan Tuhan bukan apa-apa. Sementara lawannya, Muqatil, berlebih-lebihan pula dalam menetapkan sifat-sifat Tuhan sehingga ia menyerupakan Tuhan dengan makhluk.
              Jahm juga berpendapat bahwa Tuhan tidak dapat disifati dengan sifat-sifat makhluk. Sebab,hal ini dapat menimbulkan keserupaan Tuhan dengan makhluk (tasybih). Ia meniadakan sifat hayat dan ilmu Tuham, tetapi ia mengakui bahwa Tuhan Mahakuasa, Pelaku, dan Pencipta. Sifat-sifat yang terakhir ini diterima Jahm karena menurut pendapatnya, tidak ada makhluk yang memiliki sifat-sifat itu. Selain sifat-sifat diatas, Jahm, menurut al-Bagdadi, juga mengakui bahwa Tuhan adalah Pemberi wujud (al-Mujid), Memberi hidup (al-Muhyi), dan Mematikan (al-Mumit).
              Konsisten dengan pendapatnya tentang nafy al-shifat, jahm berusaha menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an yang memberi pengertian adanya sifat-sifat Tuhan. Jahm cenderung pada penyucian tuhan dari sifat-sifat makhluk (tanzih).
3.     Sifat Tuhan Menurut Perspektif  Ahlus sunah wal Jamaah                      Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah[6]. Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan kepada sifat wajib. Sifat wajib terbagi empat bagian yaitu nafsiah, salbiah, ma'ani atau ma'nawiah.
Sifat 20
Sifat Wajib
Tulisan Arab
Maksud
Sifat
Sifat Mustahil
Tulisan Arab
Maksud
Wujud
ﻭُﺟُﻮْﺩ
Ada
Nafsiah
Adam
ﻋَﺪَﻡْ
Tiada
Qidam
ﻗﺪَﻡْ
Terdahulu
Salbiah
Huduts
ﺣُﺪُﻭْﺙْ
Baru
Baqa
ﺑَﻘَﺎﺀ
Kekal
Salbiah
Fana
ﻓَﻨَﺎﺀ
Berubah-ubah (akan binasa)
Mukhalafatuhu lilhawadis
ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ
Berbeda dengan makhluk-Nya
Salbiah
Mumathalatuhu lilhawadith
ﻣﻤﺎﺛﻠﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ
Sama dengan makhluk-Nya
Qiyamuhu binafsih
ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ
Berdiri sendiri
Salbiah
Qiamuhu bighairih
ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻐﻴﺮﻩ
Berdiri-Nya dengan yang lain
Wahdaniyat
ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ
Esa (satu)
Salbiah
Ta'addud
ﺗﻌﺪﺩ
Lebih dari satu (berbilang)
Qudrat
ﻗﺪﺭﺓ
Kuasa
Ma'ani
Ajzun
ﻋﺟﺰ
Lemah
Iradat
ﺇﺭﺍﺩﺓ
Berkehendak (berkemauan)
Ma'ani
Karahah
ﻛﺮﺍﻫﻪ
Tidak berkemauan (terpaksa)
Ilmu
ﻋﻠﻢ
Mengetahui
Ma'ani
Jahlun
ﺟﻬﻞ
Bodoh
Hayat
ﺣﻴﺎﺓ
Hidup
Ma'ani
Al-Maut
ﺍﻟﻤﻮﺕ
Mati
Sama'
ﺳﻤﻊ
Mendengar
Ma'ani
Sami
ﺍﻟﺻمم
Tuli
Basar
ﺑﺼﺮ
Melihat
Ma'ani
Al-Umyu
ﺍﻟﻌﻤﻲ
Buta
Kalam
ﻛﻼ ﻡ
Berbicara
Ma'ani
Al-Bukmu
ﺍﻟﺑﻜﻢ
Bisu
Kaunuhu qaadiran
ﻛﻮﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭﺍ
Keadaan-Nya yang berkuasa
Ma'nawiyah
Kaunuhu ajizan
ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﺟﺰﺍ
Keadaan-Nya yang lemah
Kaunuhu muriidan
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ
Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
Ma'nawiyah
Kaunuhu mukrahan
ﻛﻮﻧﻪ مكرها
Keadaan-Nya yang tidak menentukan (terpaksa)
Kaunuhu 'aliman
ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ
Keadaan-Nya yang mengetahui
Ma'nawiyah
Kaunuhu jahilan
ﻛﻮﻧﻪ ﺟﺎﻫﻼ
Keadaan-Nya yang bodoh
Kaunuhu hayyan
ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ
Keadaan-Nya yang hidup
Ma'nawiyah
Kaunuhu mayitan
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻴﺘﺎ
Keadaan-Nya yang mati
Kaunuhu sami'an
ﻛﻮﻧﻪ ﺳﻤﻴﻌﺎ
Keadaan-Nya yang mendengar
Ma'nawiyah
Kaunuhu ashamma
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺻﻢ
Keadaan-Nya ya--180.245.163.112 13 Agustus 2014 08.16 (UTC)ng tuli
Kaunuhu bashiiran
ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺼﻴﺭﺍ
Keadaan-Nya yang melihat
Ma'nawiyah
Kaunuhu a'maa
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻋﻤﻰ
Keadaan-Nya yang buta
Kaunuhu mutakalliman
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺘﻜﻠﻤﺎ
Keadaan-Nya yang berbicara
Ma'nawiyah
Kaunuhu abkam
ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺑﻜﻢ
Keadaan-Nya yang bisu
             
Sifat kesempurnaan
         Dua puluh sifat yang tertera di atas yang wajib bagi Allah terkandung di dalam dua sifat kesempurnaan. Sifat tersebut adalah:
  • Istigna' ( ﺇﺳﺘﻐﻨﺎﺀ )
    • Kaya Allah daripada sekalian yang lain daripada-Nya yaitu tidak berkehendak ia kepada sesuatu. Maksudnya, Allah tidak menghendaki yang lain menjadikan-Nya dan tidak berkehendak akan tempat berdiri bagi zat-Nya. Contohnya, Allah tidak memerlukan dan tidak menghendaki malaikat untuk menciptakan Arasy.
    • Maka, Maha suci Tuhan daripada tujuan pada sekelian perbuatan dan hukum-hukumnya dan tidak wajib bagi-Nya membuat sesuatu atau meninggalkan sesuatu.
    • Sifatnya: wujud, qidam, baqa', mukhalafatuhu lilhawadith, qiamuhu binafsih, sama', basar, kalam, kaunuhu sami'an, kaunuhu basiran, kaunuhu mutakalliman.
  • Iftiqar ( ﺇﻓﺘﻘﺎﺭ )
    • Yang lain berkehendak akan sesuatu daripada Allah yaitu yang lain berkehendakkan daripada Allah untuk menjadikan dan menentukan mereka dengan perkara yang harus. Contohnya, manusia memohon kepada Allah melancarkan hidupnya.
    • Sifatnya: wahdaniat, qudrat, iradat, ilmu, hayat, kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu hayyan.






















v  PRINSIP-PRINSIP AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

            Ahlusssunnah wal Jama’ah menyepakati prinsip-prinsip penting yang kemudian menjadi ciri dan inti dari aqidah mereka. Setiap kelompok yang bertentangan dengan mereka berbeda dalam satu atau beberapa prinsip, seperti yang akan kami bahas satu persatu.
ü  Aqidah Ahlusssunnah wal Jama’ah tentang sifat-sifat Allah: itsbat bilaa takyif (membenarkan tanpa mempersoalkan bentuknya) dan mensucikan-Nya tanpa mengingkari-Nya.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah menetapkan aqidah mereka tentang Al-Qur’an : Al Qur’an Kalamullah, bukan makhluk.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah menyakini bahwa Allah tidak bisa dilihat oleh siapa pun di dalam kehidupan dunia.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah bersepakat bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Rabbnya di surga dengan kedua mata mereka.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah mengimani semua berita keadaan setelah mati yang disampaikan Rasulullah.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah mengimani Qadar Allah dengan segala tingkatnya.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah berpendapat: iman adalah ucapan dan perbuatan, dapat bertambah dan berkurang.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah menyakini bahwa iman mempunyai ashl (pokok) dan furu’ (cabang). Iman seorang tidak terlepas kecuali dengan terlepasnya pokok keimanan. Oleh karenanya, mereka tidak mengkafirkan seseorang dari ahli kiblat karena kemaksiatannya, kecuali jika terlepas pokok keimanannya.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah bersepakat terhadap kemungkinan berkumpulnya antar siksa dan pahala pada diri seseorang. Namun, mereka tidak mewajibkan siksa atau pahala pada orang tertentu kecuali dengan dalil khusus.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah mencintai dan mendukung sahabat Rasul, ahlul bait, dan istri-istri Rasul tanpa menyakini adanya kema’shuman terhadap siapa pun kecuali Rasulullah.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah membenarkan adanya karomah para wali dan kejadian luar biasa yang dberkan Allah kepada mereka.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah bersepakat untuk memerangi siapa pun yang keluar dari syari’at Islam, sekalipun ia mengucapkan dua kalimat syahadat.
ü  Ahlusssunnah wal Jama’ah berperang bersama pemimpin-pemimpin mereka, baik              pemimpin yang baik maupun durhaka, demi menegakan syari’at Islam.[7][4]
Keseluruhan prinsip-prinsip yang telah kami sebutkan dimuka itu adalah merupakan prinsip yang berasaskan Al-Qur’an sehingga hal tersebut bersifat qoth’i baginya.








                                                




[1] Maqalat, II/176.
[2] Ibid., II/178
[3] Al-An’am (60-104. Artinya: Penglihatan tak dapat menangkap-Nya, tetapi Ia dapat menangkap penglihatan. Ia      adalah Mahahalus, tetapi Mahatahu.
[4] Al-Usul, 248-252.
[5] Syarh, 16 dan Usul al-Din, 22.
[6] Muhammad al-Ghazali, Aqidah al-Muslim, (Kuwait: Darul Bayan, 1963).

1 komentar:

  1. Casino at Mohegan Sun - Mapyro
    The Casino at Mohegan Sun is a hotel located near Mohegan Sun 안산 출장마사지 Casino in 청주 출장샵 Uncasville, 동해 출장안마 Connecticut. The 아산 출장샵 casino offers over 3,000 김해 출장샵 slot machines,

    BalasHapus